Monday, October 31, 2016

PTK PKN SMP Kelas 8 Tentang Peraturan Hukum dan Perundang-Undangan Nasional 4

PTK PKN SMP Kelas 8 Tentang Peraturan Hukum dan Perundang-Undangan Nasional 4

JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini

Atau Cek FB Kami DISINI


Contoh PTK PKN SMP Kelas 8 Tentang Peraturan Hukum dan Perundang-Undangan Nasional– ContohPTK.com,-Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa sekaligus mengembangkan kualitas sumber daya manusia khususnya generasi muda. Selain itu juga mengupayakan perluasan dan pemerataan perolehan pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia sehingga akan tercipta manusia Indonesia yang berkualitas tinggi. Untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, dalam dunia pendidikan formal khususnya untuk membina sikap dan moral peserta didik dapat ditempuh salah satunya melalui mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn).
Pada kesempatan ini kami akan memberikan contoh PTK PKN Kelas 8 yang berjudul Penggunaan Metode Ceramah Bervariasi dan Penggunaan Media Audiovisual Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Siswa Kelas VIII atau juga bisa dirubah dengan judul Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Ceramah Bervariasi dan Penggunaan Media Audiovisual Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas VIII

Contoh PTK PKN SMP Kelas 8 Tentang Peraturan Hukum dan Perundang-Undangan Nasional

Melalui Laporan PTK PKN kelas 8 Lengkap pelajaran PKn yang diberikan secara formal kepada generasi muda Indonesia atau peserta didik maka akan terbentuk manusia yang berkepribadian sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai wahana pembinaan perilaku pada peserta didik juga dimaksudkan untuk membekali peserta didik dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga Negara dengan negara sehingga menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.
Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang materi-materinya lebih bersifat pemahaman nilai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, oleh sebagian siswa sering dianggap mudah (Virene, 2010 : 20). Apalagi mata pelajaran  Pendidikan Kewarganegaraan di setiap jenjang pendidikan itu selalu dipelajari, walaupun materi dan kedalaman materinya berbeda. Apabila guru dalam penyampaian materi hanya menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan media pembelajaran. Hal ini yang menyebabkan siswa menjadi jenuh dan bosan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Setelah Membuat Laporan PTK PKN kelas 8 Lengkap

Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas VIII pada waktu guru PKn mengajar dengan materi “Peraturan Hukum dan Perundang-Undangan Nasional, dan Kompetensi Dasar : mendiskripsikan proses pembuatan perundang-undangan nasional”, pada indikator : Menjelaskan makna peraturan perundang-undangan dan menyebutkan lembaga pembuat peraturan perundang-undangan nasional, ditemukan atau nampak bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih kurang. Hal itu ditunjukkan dari masih kurang aktif dalam mengikuti proses belajar mata pelajaran tersebut. Saat guru sedang menjelaskan pelajaran di depan kelas, ternyata ada siswa yang melakukan aktivitas sendiri seperti berbicara sendiri dengan teman sebelahnya, bermain HP, bermain penggaris, dan masih banyak lagi. Hal itu disebabkan karena guru PKn dalam mengajar hanya menggunakan metode ceramah tanpa didukung dengan menggunakan media pembelajaran. Tingkat keaktifan siswa yang rendah tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh metode dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru tersebut (Hujair, 2009 : 6). Penggunaan metode dan media pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi dan kebutuhan siswa dapat mengakibatkan siswa kurang tertarik untuk belajar, sehingga siswa tersebut tidak dapat aktif dalam belajar. Padahal, pencapaian hasil belajar dapat dipengaruhi oleh aktif tidaknya siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
Penggunaan metode ceramah akan lebih efektif jika divariasikan dengan metode yang lain  dan didukung dengan penggunaan media khususnya media audiovisual, karena di sini media audiovisual dapat mengkonkretkan pemahaman para peserta didik terhadap materi- materi yang sulit untuk dimengerti. Khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, dimana materi-materinya lebih pada pendidikan nilai, budi pekerti dan moral.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka dilakukan Laporan PTK PKN kelas 8 Lengkap sebagai Upaya untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Metode Ceramah Bervariasi dan Penggunaan Media Audiovisual dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Materi “Peraturan Perundang-Undangan Nasional, dengan Kompetensi Dasar : Mendiskripsikan Proses Pembuatan Perundang-Undangan Nasional”, pada Siswa Kelas VIII


Contoh PTK SMK Pendidikan Teknik Mesin

Contoh PTK SMK Pendidikan Teknik Mesin

JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini

Atau Cek FB Kami DISINI



Contoh PTK Pendidikan Teknik Mesin : MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MODUL PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN PENGELASAN DASAR SISWA KELAS 1 PERMESINAN ________
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media modul pembelajaran pada mata pelajaran pengelasan dasar siswa kelas X TP1 SMK ________, (2) meningkatkan keaktifan siswa kelas X TP1 ________selama proses pembelajaran mata pelajaran pengelasan dasar menggunakan media modul las oksi-asetilen, dan (3) meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X TP1 ________selama proses pembelajaran mata pelajaran pengelasan dasar menggunakan media modul las oksi-asetilen.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan model Kemmis & Mc Taggart. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga kali putaran (siklus). Setiap pertemuan menggunakan langkah-langkah: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Jumlah siswa yang menjadi subjek penelitian ada 25 orang, instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan lapangan, dan tes hasil belajar.

Contoh PTK Pendidikan Teknik Mesin :

Data tentang keaktifan siswa diperoleh melalui observasi kelas dan dianalisis untuk membandingkan tingkat keaktifan siswa pada setiap siklus. Data tentang prestasi belajar diperoleh melalui ujian dan dianalisis untuk membandingkan hasil ujian pada setiap siklus. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran dengan metode diskusi, tanya jawab, dan penugasan menggunakan media modul dapat meningkatkan aktifitas dan prestasi belajar siswa selama proses pembelajaran, dibuktikan dengan peningkatan skor rata-rata aktifitas: 2,4 (cukup) pada siklus I, menjadi 2,8 (baik) pada siklus II, dan 3,2 (baik) pada siklus III.
Peningkatan nilai prestasi siswa dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata kelas: 7,04 pada siklus I, dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas 7,00 sebanyak 20 siswa ( 80 %), menjadi 7,41 pada siklus II, dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas 7,00 sebanyak 23 siswa (92%), dan 7,64 pada siklus III dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas 7,00 sebanyak 25 siswa (100 %) dari 25 siswa. Katakunci: modul las oksi-asetilen, keaktifan, prestasi belajar.

CONTOH PTK SEJARAH SMA

CONTOH PTK SEJARAH SMA

JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini

Atau Cek FB Kami DISINI


PENINGKATAN RANAH KOGNITIF DAN AFEKTIF PESERTA DIDIK KELAS X-6 SMA ABC PADA MATA PELAJARAN SEJARAH MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MODEL P A S A (PICTURES AND STUDENT ACTIVE) ( PTK 152 )
Dalam rangka meningkatkan pembelajaran sejarah serta menghilangkan kesan bahwa pelajaran sejarah hanya bersifat hapalan saja, maka perlu diupayakan metode yang dapat memotivasi untuk menuntaskan materi dengan baik. Pengembangan kurikulum mengacu kepada siswa sebagai pusat sumber belajar, sehingga dalam strategi pembelajaran sejarah diharapkan siswa dapat menguasai konsep atau materi secara proporsional.
Pada penelitian ini dipergunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Tujuan yang utama dari penelitian ini adalah mencoba melihat berbagai kemungkinan upaya peningkatan ranah kognitif dan afektif peserta didik kelas X-6 SMA ABC pada mata pelajaran sejarah melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan model P a S A (Pictures and Student Active). Riset ini berlangsung pada semester II tahun pelajaran 2006/2007, dilakukan dengan 2 siklus. Proses pembelajaran dengan pendekatan CTL melalui model PaSA dilaksanakan dengan tahapan (1) pembagian kelompok kecil (2) siswa mendeskripsikan gambar-gambar (3) menelaah dan menganalisis setiap gambar (4) mendiskusikan gambar-gambar tersebut (5) melakukan presentasi lisan (6) melaksanakan post tes berupa quiz dan soal-soal obyektif/subyektif.Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil pembelajaran dengan model PaSA dapat meningkatkan proses dan hasil belajar. Pada siklus 1 kelas X-6 yang berjumlah 44 siswa yang tuntas belajar adalah 36 siswa ( 81.81 % ) sedangkan yang tidak tuntas 8 siswa ( 18.18 % ) pada siklus 2 terjadi peningkatan yang signifikan yaitu siswa tuntas 100 %.
Perbaikan kualitas pendidikan dimulai dari perbaikan kualitas pengajaran, tersedianya sarana dan prasarana yang memadai namun hal ini juga harus ditunjang dengan kualitas siswa. Komponen dalam sistem ini saling terkait dan terpadu mempengaruhi variabel-variabel peningkatan hasil pembelajaran. Penelitan ini bertujuan mencari bentuk pendekatan proses belajar mengajar dengan model pembelajaran tertentu yang sesuai dengan karakteristik pelajaran sejarah di SMA ABC


Contoh PTK Bahasa Indonesia kelas X SMA

Contoh PTK Bahasa Indonesia kelas X SMA

JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini

Atau Cek FB Kami DISINI


 Contoh PTK Bahasa Indonesia kelas X SMA Menemukan Ide Pokok- ContohPTK.com –Pembelajaran membaca merupakan sarana pengembangan bagi keterampilan berbahasa lainnya. Tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai apabila penguasaan keterampilan membaca terus dilatih dan ditingkatkan. Nurhadi (2005b:11) mengemukakan beberapa hal untuk meningkatkan kemampuan membaca, yaitu (1) menyadari adanya berbagai variasi tujuan membaca yang berbeda dari satu kegiatan membaca dengan kegiatan membaca lain; (2) selalu merumuskan secara jelas setiap kegiatan membaca, minimal tahu apa yang akan diperolehnya dari membaca; (3) perlu mengembangkan berbagai strategi membaca selaras dengan ragam tujuan membaca; (4) perlu latihan membaca dengan berbagai variasi tujuan membaca; dan (5) menyadari bahwa seseorang yang mempunyai daya baca tinggi akan mampu memanfaatkan teknik membaca yang bervariasi sejalan dengan tujuan membaca yang ingin dicapainya.
Dan judul PTK untuk Contoh PTK Bahasa Indonesia kelas X SMA Menemukan Ide Pokokyaitu Upaya Meningkatkan KETERAMPILAN MEMBACA CEPAT UNTUK MENEMUKAN IDE POKOK DENGAN TEKNIK SKIPPING AYUNAN VISUAL SISWA KELAS X SMA NEGERI  atau juga Penggunaan TEKNIK SKIPPING AYUNAN VISUAL untuk Meningkatkan KETERAMPILAN MEMBACA CEPAT UNTUK MENEMUKAN IDE POKOK pada SISWA KELAS X SMA NEGERI 

Contoh PTK Bahasa Indonesia kelas X SMA Lengkap Menemukan Ide Pokok

Pemerintah melalui Dinas Pendidikan Nasional membuat kebijakan untuk mengajarkan membaca di sekolah mulai tingkat SD sampai dengan tingkat SMA. Pembelajaran membaca yang diajarkan dalam Contoh PTK Bahasa Indonesia kelas X SMA untuk siswa kelas X SMA adalah membaca lanjutan (membaca cepat 250 kpm dan menemukan ide pokok). Membaca lanjutan merupakan kelanjutan dari membaca menengah. Sesuai kurikulum, standar kompetensi awal pada siswa kelas X SMA adalah membaca berbagai teks bacaan nonsastra dengan berbagai teknik membaca (Kurikulum Standar Isi 2006). Untuk mencakupi standar tersebut, siswa perlu diajari membaca cepat sekaligus dapat menemukan ide pokok dalam teks bacaan. Mengingat masing-masing siswa mempunyai irama perkembangan dan kematangan yang berbeda-beda, maka guru dituntut dapat memilih dan menggunakan teknik-teknik membaca dalam kegiatan belajar mengajar secara optimal (Haryadi 2006a:6).
Dari survei pendahuluan yang penulis laksanakan untk Contoh PTK Bahasa Indonesia kelas X SMA Menemukan Ide Pokok meliputi observasi dan wawancara dengan guru dan siswa di kelas X untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapi siswa, diperoleh data keadaan siswa dan kemampuan siswa, karateristik siswa, dan keinginan siswa sebagai berikut. Pertama, berdasarkan wawancara dengan siswa menyatakan pernah belajar membaca namun mereka belum pernah belajar membaca cepat dengan suatu
teknik. Guru masih menerapkan proses pembelajaran konvensional yaitu guru berceramah dan siswa mengerjakan tugas. Guru hanya mengajarkan siswa untuk membaca tanpa disertai dengan teknik yang dapat memudahkan siswa untuk membaca dengan cepat serta dapat menemukan ide pokok bacaan dengan cepat pula. Kedua, berdasarkan keterangan guru dan hasil observasi, kemampuan membaca siswa masih dalam tahap per kata. Ketiga, berdasarkan keterangan guru, siswa jika diberi pelajaran membaca tampak kurang berminat dan kurang tertarik dengan bacaan yang disajikan. Keempat, berdasarkan hasil wawancara dengan siswa, mereka ingin pembelajaran yang menyenangkan. Selama ini siswa menganggap pembelajaran membaca sangat membosankan.

dibuatlah Contoh Laporan PTK Bahasa Indonesia kelas X SMA Lengkap

Berdasarkan keadaan tersebut, perlu diupayakan cara untuk meningkatkan keterampilan membaca khususnya membaca cepat untuk menemukan ide pokok. Rendahnya keterampilan membaca cepat untuk menemukan ide pokok juga diketahui setelah dilakukan tes awal membaca cepat untuk menemukan ide pokok. Dari hasil tes diketahui rata-rata membaca siswa sebesar 171 kpm, rata-rata tersebut masuk dalam kategori lambat dan belum dinyatakan tuntas karena guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia mematok standar ketuntasan minimal siswa sebesar 250 kpm. Hasil tes pemahaman ide pokok juga masuk dalam kategori cukup yaitu sebesar 44,63, nilai tersebut belum memenuhi standar ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu sebesar 70. Dilakukan tes awal keterampilan membaca cepat untuk menemukan ide pokok memperkuat hasil wawancara dan observasiterhadap siswa kelas X sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat keterampilan membaca cepat untuk menemukan ide pokok siswa kelas X masih rendah.
Hasil studi para ahli membaca di Amerika mengungkapkan, kecepatan yang
memadai untuk siswa tingkat akhir sekolah dasar kurang lebih 200 kpm, siswa
lanjutan tingkat pertama antara 200-250 kpm, siswa tingkat lanjutan atas antara
250-325 kpm, dan tingkat mahasiswa 325-400 kpm dengan pemahaman isi bacaan
minimal 70 %. Adapun di Indonesia KEM minimal untuk klasifikasi membaca
adalah SD (140 kpm), SLTP (140-175 kpm), SMU (175-245 kpm), dan PT (245-
280) (Subyantoro dkk, 2002:33).
Rendahnya tingkat keterampilan siswa dalam membaca cepat untuk
menemukan ide pokok juga disebabkan oleh perilaku siswa yang kurang baik
selama proses pembelajaran membaca cepat. Perilaku siswa yang kurang baik
yaitu siswa menganggap mudah pembelajaran membaca karena siswa
beranggapan bahwa membaca merupakan kegiatan yang mudah dilakukan
sehingga tidak memerlukan tingkat perhatian dan konsentrasi yang lebih. Selain itu, kebiasaan-kebiasaan yang salah dalam membaca juga masih banyak dilakukan
antara lain vokalisasi, mengangkat teks, dan menyangga kepala.
Melihat kenyataan di atas, perlu diadakan upaya peningkatan keterampilan
membaca cepat untuk menemukan ide pokok dan perubahan perilaku siswa
menjadi lebih baik. Teknik skipping ayunan visual dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan membaca cepat untuk menemukan ide pokok. Teknik
skipping ayunan visual merupakan teknik baca loncat dari bagian yang penting ke
bagian penting lainnya secara cepat dan tepat. Dengan mengayunkan mata secara
cepat dan tepat, siswa dapat membaca secara cepat dan menemukan ide pokok
secara cepat pula.
Masalah yang dihadapi siswa dalam pembelajaran membaca cepat untuk menemukan ide pokok siswa harus segera diatasi. Apabila permasalahan kurang meningkatnya keterampilan membaca siswa khususnya membaca cepat untuk
menemukan ide pokok, tidak segera diatasi akan berakibat kurang berkembangnya tingkat keterampilan membaca cepat untuk menemukan ide pokok siswa. Keterampilan membaca merupakan keterampilan yang berjenjang yang tentu saja  setiap jenjang pendidikan terdapat kemajuan tingkat jenjang keterampilan. Hal tersebut menuntut adanya peningkatan keterampilan membaca siswa untuk menghadapi jenjang keterampilan membaca yang semakin kompleks. Penggunaan teknik skipping ayunan visual pada pembelajaran membaca cepat untuk menemukan ide pokok dapat membantu guru dalam penyusunan strategi pembelajaran yang nantinya diharapkan mampu meningkatkan keterampilan membaca cepat untuk menemukan ide pokok siswa.



Friday, October 28, 2016

Model-Model PTK

Model-Model PTK


JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini

Atau Cek FB Kami DISINI

A.  Pengertian
Model merupakan abstraksi atau representasi suatu peristiwa yang kompleks dari suatu system dalam bentuk naratif, matematis, grafis dan lambing-lambang lainnya.[1] Model bukanlah suatu realitas, melainkan representasi realitas yang dikembangkan dari suatu keadaan tertentu. Dengan demikian, pada dasarnya model Penelitian Tindakan Kelas merupakan rancangan tindakan penelitian yang dapat digunakan untuk menerjemahkan  suatu konsep-konsep ke dalam realitas yang sifatnya lebih praktis.
Model Penelitian Tindakan Kelas berfungsi sebagai saran untuk mempermudah komunikasi atau sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil suatu keputusan, atau sebagai petunjuk  menyusun perencanaan untuk kegiatan pengelolaan dalam melakukan Penelitian Tindakan Kelas.
Model Penelitian Tindakan Kelas yang baik adalah model yang dapat membantu  pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses penelitian secara mendasar maupun menyeluruh. Banyak model yang dapat kita terapkan sebagai pedoman dalam merancang dan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Kita dapat memilih salah satu model yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada.

B.  Model-model Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas mempunyai banyak model sehingga peneliti dapat memilih salah satu model yang sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam pemilihan model, tidak ada pertimbangan baku dan peneliti disarankan memilih salah satu model yang sesuai kemampuan peneliti[2].
Ada beberapa macam model PTK yang dikembangkan oleh beberapa ahli yang memiliki pola dasar yang sama, yaitu serangkaian kegiatan penelitian berupa rangkaian siklus dimana pada setiap akhir siklus akan membentuk siklus baru hasil revisi/perbaikan[3]. Diantaranya adalah:
a. Model Kurt Lewin                               d. Model Ebbut          
b. Model Kemmis dan Mc Taggart          e. Model Hopkins
c. Model Elliot

Berikut adalah penjelasannya:
1.    Model Kurt Lewin
          Kurt Lewin menjelaskan bahwa ada empat hal yang harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan, yaitu: Perencanaan, Tindakan, Observasi dan Refleksi[4].
          Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses yang terjadi dalam suatu lingkaran yang terus menerus, yang meliputi hal berikut:
a)      Perencanaan (planning)
adalah proses menentukan program perbaikan yang berangkat dari suatu ide gagasan peneliti.
b)      Aksi atau Tindakan (implementing)
adalah perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti.
c)      Observasi (observing)
Adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui efektifitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai kekurangan tindakan yang telah dilakukan.
d)     Refleksi (reflecting)
          Adalah kegiatan menganalisis tentang hasil observasi sehingga memunculkan program atau perencanaan baru.
Sementara itu empat langkah dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin dielaborasi lagi oleh Ernest T. Stringer[5] menjadi :
a)         Perencanaan (Planning)
b)         Pelaksanaan (implementing)
c)         Penelitian (evaluating)

2.    Model Kemmis dan Mc Taggart
          Model Kemmis dan Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin[6]. Dikatakan demikian, karena di dalam suatu siklus terdiri atas empat komponen, keempat komponen tersebut, meliputi: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Setelah suatu siklus selesai diimplementasikan dan direfleksikan, kemudian diikuti dengan perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus tersendiri.
          Akan tetapi pada umumnya para peneliti mulai dari fase refleksi awal untuk melakukan studi pendahuluan sebagai dasar dalam merumuskan masalah penelitian. Selanjutnya diikuti perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi yang dapat diuraikan sebagai berikut.
a)      Perencanaan atau sebagai refleksi awal merupakan kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang situasi-situasi yang relevan dengan tema penelitian.
b)      Penyusunan Perencanaan merupakan hasil dari refleksi awal. Perencanaan ini bersifat fleksibel, dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada.
c)      Pelaksanaan Tindakan merupakan upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan.
d)      Observasi merupakan mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.
e)      Refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan dengan mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan sehingga dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam berdasarkan teori atau hasil penelitian yang telah ada dan relevan.
          Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain[7].












3.    Model Jhon Elliot
          Model ini lebih menekankan pada proses untk mencoba hal-hal yang baru dalam proses pembelajaran. Menurut Elliot, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan dan mengembangkan gagasan umum yang dilanjutkan dengan melakukan eksplorasi yakni untuk mempertajam gagasan atau ide.
          Menurut Elliot mengenai model PTK bahwa apapun masalah yang akan diangkat dalam penelitian hendaknya tetap berada dalam lingkup permasalahan yang dihadapi oleh guru didalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari di kelas dan merupakan sesuatu yang ingin diperbaiki atau diubah.
          Penafsiran Elliot terhadap model PTK bahwa kegiatan awal dalam bentuk identifikasi masalah adalah pernyataan yang menghubungkan gagasan dengan ide dengan tindakan. Sedangkan pada bagian Reconnaissance adalah pemahaman tentang situasi kelas yang ingin diubah atau diperbaiki.
          Hal demikian jika dibandingkan dengan bagan model PTK lainnya maka terdapat beberapa perbedaan mendasar, akan tetapi tetap membentuk sebuah kegiatan berulang (siklus).
4.    Model Dave Ebbutt
          Model penelitian tindakan ini dikembangkan oleh Ebbut pada sekitar tahun 1985. Model ini di ilhami oleh pemikiran Kemmis dan Elliot. Dalam pengembangannya, Ebbut kurang begitu sependapat dengan interpretasi Elliot tentang karya Kemmis, Karena Kemmis menyamakan penelitiannya dengan hanya temuan fakta. Sedangkan kenyataannya, kemmis dengan jelas menunjukkan bahwa penelitian terdiri atas diskusi, negisiasi, menyelidiki, dan menelaah kendala-kendala yang ada[8].
          Ebbut beranggapan bahwa suatu penelitian tindakan harus dimulai dari adanya gagasan awal yang didorong oleh keinginan peneliti untuk melakukan suatu perbaikan proses yang akan menghasilkan sesuatu yang lebih optimal.
          Berdasarkan gagasan awal, peneliti berupaya menemukakan tindakan apa saja yang harus dilakukan untuk menyelesaikannya kemudian menyusun rancangan umum yang akan diimplementasikan. Selama proses implementasi, dilakukan monitoring untuk melihat pengaruh yang ditimbulkan dari sebuah tindakan peneliti. Dari hasil monitoring selanjutnya disusun penjelasan tentang berbagai kegagalan yang terjadi. Penjelasan tersebut akan menjadi masukan dalam revisi rencana umum yang selanjutnya melahirkan rencana implementasi pada putaran kedua. Begitulah terus menerus sampai pada putaran tertentu.
5.    Model Hopkins
Pada model ini, penelitian dilakukan dengan membentuk spiral yang dimulai dari merasakan adanya masalah,  menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan observasi dan melakukan refleksi serta melakukan rencana ulang dan seterusnya. Yang dikembangkan oleh Hopkins dari model spiral seperti pada bagan berikut:



C.  Pola Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
            Pola adalah cara  atau teknik pelaksanaan PTK yang dapat dijadikan rujukan dalam  penyelenggaraan PTK sesuai dengan model yang dipilih dengan mempertimbangkan kondisi peneliti dan sumber daya yang tersedia. Terdapat berbagai pola dalam pelaksanaan PTK diantaranya PTK guru peneliti, PTK pola kolaboratif dan PTK pola simultan terintegrasi.
1)      Pola Guru Peneliti
Pada pola ini, guru memiliki peran utama dalam perencanaan dan pelasanaan PTK. Tujuan pada pola ini adalah untuk memecahkan masalah praktis yang dihadapi oleh guru itu sendiri dalam proses pembelajaran.
2)      Pola Kolaboratif
Pola ini dilakukan oleh pihak luar yang berkeinginan untuk memecahkan masalah pembelajaran. PTK dirancang dan dilaksanakan oleh suatu tim yang biasanya terdiri atas guru, kepala sekolah, dosen LPTK dan orang lain yang terlibat dalam tim peneliti. Guru berperan hanya sebagai anggota tim yang berfungsi untu melaksanakan tindakan seperti yang dirancang oleh tim peneliti.
3)      Pola Penelitian Terintegrasi
Pada pola ini, inisiatif dan masalah yang akan diteliti sepenuhnya berasal dari peneliti luar, tidak dari guru.



[1] Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Kencana, 2009).hal 48.
[2] Sukidin, dkk. Manajemen Penelitian Tindakan. (Insan Cendekia, 2002). hal 45.
[3] Trianto, Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktik. (Jakarta, Prestasi Pustaka, 2012) hal 29.
[4] Wina Sanjaya, Penelitian…… ibid, hal 49.
[5] Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas. (Bandung: CV YRAMA WIDYA, 2006).hal 21
[6] Trianto, Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktik(Jakarta:Prestasi Pustaka, 2012) hal 30
[7] Suharsimi arikuntoPenelitian Tindakan Kelas. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006). hal 20