Friday, July 22, 2016

Penelitian Tindakan Kelas Matapelajaran Bk

Penelitian Tindakan Kelas Matapelajaran Bk


JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami Disini




A.Latar Belakang Masalah.
Salah satu tolok ukur keberhasilan proses belajar adalah perolehan nilai Ujian Akhir Nasional. Untuk memperoleh nilai yang diharapkan, maka diperlukan persiapan dalam berbagai hal, diantaranya materi belajar, sarana belajar, dan bimbingan belajar. Khusus untuk bimbingan belajar, merupakan kasus tersendiri. Karena bimbingan belajar termasuk wilayah bidang garapan tidak saja bidang kurikulum tetapi juga garapan bagian guru BK (Bimbingan dan Konseling ). Mengenai bimbingan dan kanseling ini, Bimo Walgito memnjelaskan : "Bimbingan dan Konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kebutuhan manusia. Kenyataan menunjukan bahwa manusia didaiam kehidupanya menghadapi persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu diatasi, persoalan yang lain timbul. Begitu seterusnya. Demikian juga halnya persoalan yang dihadapi anak- anak. Dalam paradigma baru bimbingan dan konseling di sekolah semua anak dianggap bermasalah. Hanya tingkatan masalah mereka berbeda-beda. Sehingga pemecahan masalahnya ada yang perlu bantuan dari pembimbing namun ada juga yang tidak memerlukan bantuan pembimbing. Tidak hanya itu saja, ada anak yang berani mengadukan masalahnya baik kepada teman dekatnya, orang tua, keluarga atau guru. Tetapi juga ada yang tidak berani mengungkapkan apa yang terjadi pada dirinya kepada siapapun. Jenis anak yang yang kurang berani atau bahkan tidak berani inilah yang sangat membutuhkan konseling. Namun demikian jenis anak yang tidak tahu bagaimana mengadukan masalahnya ini memerlukan tidak saja dorongan dan pancingan agar mengutarakan masalahnya, tetapi juga membutuhkan sarana untuk mengadu. Dengan alasan inilah maka fungsi dan peranan guru BK sangat diperlukan di sekolah" ( 2003: 9).
Selain membutuhkan konseling dalam menyelesaikan masalah - masalah yang dihadapinya, anak - anak juga membutuhkan bimbingan, seperti misalnya bimbingan belajar, bimbingan test, bimbingan karier dan sebagianya. Bimbingan bagaimana mengatur jadwal belajar, bimbingan bagaimana mengatasi kesulitan belajar pada mata pelajaran tertentu , bimbingan bagaimana membuat belajar kelompok bimbingan untuk memperbaiki prestasi matematika , bimbingan bahasa Inggris dan sejenisnya. Bimbingan ini diperlukan anak - anak karena menyangkut bagaimana ia mengatasi kesulitan belajarnya, bagimana menyiapkan diri menghadapi ujian akhir, bagaimana ia mencari teman belajar untuk memecahkan masalah pelajaran dan bagaimana ia meningkatkan diri dari prestasi beajar pada pelajaran tertentu. Belajar juga berkaitan dengan kelanjutan studinya dimasa yang akan datang. Jika salah dalam belajarnya maka anak - anak akan memperoleh nilai yang tidak diinginkan , akibatnya anak merasa tidak berprestasi, merasa tidak mampu dan rendah diri. Jika ini yang terjadi maka akan berakibat pula pada cita - cita, harapan dan keyakinan dirinya.
Hal ini juga berpengaruh terhadap kepribadianya. Disinilah perlunya bimbingan belajar pada anak-anak terutama kelas tiga yang akan menyelesaikan masa studinya.
B. Identifikasi Masalah.
Masalah yang dapat penulis identifikasikan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :
1. Melihat latar belakang kemampuan yang beragam, prestasi belajar yang tidak sama, latar belakang pendidikan orang tua yang beragam, latar belakang ekonomi keluarga yang beragam dan fasilitas belajar anak nak di rumah yang tidak sama , maka kemampuan belajar baik di sekolah maupun dirumah tidak sama. Karena itu diperlukan bimbingan belajar.
2. Melihat masih banyak siswa yang prestasi belajarnya di tahun lalu yang masih belum seperti yang diharapkan maka diperlukan bimbingan belajar.
3. Tidak semua anak- anak tahu cara belajar yang efektif , sehingga ada sebagian siswa yang kesulitan belajar pada pelajaran tertentu, karena itu diperlukan bimbingan belajar.
Dari identifikasi masalah ini, maka penulis meiakukan upaya untuk memperbaiki masalah ini dan memberi jalan agar dapat ditemukan solusi pemecahanya. Melalui upaya ini diharapkan masalah yang dihadapi oleh siswa dalam belajar dapat dibantu pemecahanya secara benar , proporsional dan profesional.
C. Rumusan Masalah.
Masalah yang penulis rumuskan dalam penelitian ini antara lain
1. Apakah dengan bimbingan belajar kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada ujian akhir ?
2. Apakah dengan bimbingan belajar kelompok anak - anak dapat membuat kelompok belajar di rumah bersama teman - teman sekolahnya ?
3. Memberikan bimbingan kepada siswa yang kesulitan belajar di rumah dengan belajar kelompok.
4. Menemukan alat ukur yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitas penggunaan metode bimbingan belajar kelompok bagi peningkatan prestasi belajar siswa.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini memiliki tujuan antara lain:
1. Meningkatkan efektifitas layana bimbingan dan konseling di sekolah utamanya masalah bimbingan belajar kepada siswa kelas tiga SLTP
2. Meniingkatkan kemampuan siswa dalam belajar kelompok sehingga kesulitan belajar dapat diatasi
3. Memberikan bimbingan kepada siswa yang kesulitan belajar di rumah belajar kelompok
4. Menemukan alat ukur yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitas penggunaan metode bimbingan belajar kelompok bagi peningkatan prestasi belajar siswa.
E. Hipotesa Tindakan.
Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini meliputi :
1. Dengan metode bimbingan belajar kelompok akan dapat mengatasi kesulitan belajar ada anak - anak pada mata pelajaran tertentu.
2. Dengan metode bimbingan belajar kelompok maka akan mengatasi kesulitan belajar anak - anak di rumah .
3. Dengan metode bimbingan belajar kelompok prestasi belajar pada ujian akhir akan meningkat .
4. Dengan Penelitian Tindakan Kelas akan ditemukan alat ukur yang efektif untuk mengukur efektifitas penggunaan metode bimbingan belajar kelompok .
F. Manfaat Penelitian.
Penelitian Tindakan Kelas ini akan bermanfaat :
1. Meningkatkan prestasi belajar siswa kelas tiga pada ujian akhir.
2. Mengatasi kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran tertentu di sekolah .
3. Mengefektifkan dan mengoptimalkan kerja guru BK dalam memberikan layanan bimbingan di sekolah dengan penggunaan media bimbingan yang mudah diterapkan dan murah biayanya.
4. Menjadi contoh model penelitian tindakan kelas dalam rangka meningkatkan kinerja BK.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
PTK atau classroom action research adalah penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya atau disekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktek pembelajaran.Mc.Niff ( 1992:1 dalam Suyanto 1998:2 ) menjelaskan bahwa PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk pengembangan kurikulum, pengembangan sekolah, pegembangan keahlian mengajar dan sebagainya. Dalam PTK guru dapat meneliti sendiri praktek pembelajaran yang ia lakukan di kelasnya, memperbaiki proses , dan memperbaiki interaksi pembelajaran di kelas ataupun diluar kelas. Dengan demikian maka PTK akan dapat memperbaiki pembelajaran menjadi lebih efektif.
Selain itu tujuan dari PTK untuk memperbaiki pembelajaran secara berkesinambungan sehinga meningkatkan mutu hasil intruksional, mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relevansi, meningkatkan efisiensi pengelolaan instruksional serta menumbuhkan budaya penelitian dikalangan guru.
PTK menggambarkan sebagai suatu proses yang dinamis meliputi aspek perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi yang merupakan langkah berurutan dalarn satu siklus atau daur yang berhubungan dengan siklus berikutnya.
Bagan pelaksanaan PTK digambarkan dalam bentuk spiral tindakan (adaptasi hopkins, 1993) sebagai berikut
B.Penyelenggaraan Kelompok Belajar
Penyelenggaraan kelompok belajar merupakan salah satu bentuk realisasi bimbingan dan konseling di sekolah. Di samping dapat belajar secara individual, anak-anak pun sebaiknya juga belajar dengan sistem kelompok. Mengenai hal ini ada beberapa alasan mendasar yang dapat diajukan sebagai landasan untuk penyeienggaraan kelompok belajar itu. Perlu diingat bahwa tujuan dari pendidikan dan pengajaran yang tercantum dalam Undangundang mengenai Sistem Pendidikan Nasional, yaitu W No. 2 tahun 1989 yang berbunyi:
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Kata-kata yang terakhir ini mengandung arti bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk orang yang mempunyai sikap atau attitude sosial yang baik, yang mampu bekerjasama dengan lingkungannya, mampu mengutamakan kepentingan umum daripada kepentingan sendiri atau golongan. Maka berdasarkan atas tujuan ini, tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah selain memberikan kecakapan, juga mempunyai tugas untuk mengembangkan sikap sosial anak. Salah satu alat untuk mengembangkan sikap sosial ini adalaah dengan menyelenggarakan kelompok belajar.
1. Dasar Psikologis
Seperti telah dikemukakan oleh Aristoteles, manusia itu merupakan makhluk sosial sehingga tiap-tiap manusia mernpunyai keinginan untuk berkelompok dengan teman-teman sosialnya. Seperti juga apa yang dikemukakan oleh Gerungan (1966), yang antara lain:
"...ialah bahwa kegiatan-kegiatan manusia itu seperti yang pernah dikatakan oleh Kuypers (6), dapat digolongkan ke dalam 3 golongan utama secara hakiki. ialah kegiatan-kegiatannya yang bersifat individual, kegiatan-kegiatannya yang bersifat sosial dan kegiatan-kegiatannya yang bersifat berkeTuhanan. Hal ini berhubungan erat dengan 3 segi utama daripada manusia itu, ialah bahwa manusia secara hakiki sekatigus merupakan: (1) makhluk individual, (2) makhluk sosial, dan (3) makhluk berkeTuhanan".
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas maka penyelenggaraan kelompok belajar selain mempunyai dasar pedagogis, juga mempunyai dasar psikologis sesuai dengan sifat hakiki anak. Kelompok belajar dapat memupuk rasa kegotongroyongan dari si anak, dan sifat ini merupakan sifat asli dari bangsa Indonesia.
2.Tujuan Kelompok Belajar
Dengan menyelenggarakan kelompok belajar, ada beberapa hal yang dapat dicapai. Hal itu tidak hanya dalam hal pelajaran. Hal-hal yang dapat dicapai, antara lain:
a. Membiasakan anak bergaul dengan teman-temannya, bagaimana mengemukakan pendapat dan menerima pendapat dari teman lain.
b. Belajar secara kelompok turut pula merealisasi tujuan pendidikan dan pengajaran.
c. Untuk belajar mengatasi kesulitan-kesulitan, terutama dalam hal pelajaran, secara bersama-sama.
d. Belajar hidup bersama agar nantinya tidak canggung di dalam masyarakat yang lebih luas.
e. Memupuk rasa kegotong-royongan yang merupakan sifat dari bangsa Indonesia.
3. Teknik Pembentukan Kelompok Belajar
Untuk membentuk kelompok belajar, ada beberapa cara atau teknik yang dapat digunakan, yaitu pembentukan yang bersifat:
a. otoriter
b. bebas
c. terpimpin
3.1 Teknik Pembentukan Secara Otoriter
Dalam pembentukan kelompok belajar dengan cara ini kelompok ditentukan sedemikian rupa oleh guru atau pembimbing tanpa memperhatikan pendapat anak-anak. Dengan demikian maka kelompok itu besar kemungkinanrrya tidak sesuai dengan kehendak anak-anak. Hat itu besar kemungkinannya akan mengganggu keberlangsungan kelompok itu.
Walau pembentukan dengan cara ini ada keuntungannya, tetapi ada juga kelemahannya. Keuntungannya, dengan teknik ini maka kelompok belajar dapat dengan segera terbentuk. Begitu kelompok terbentuk maka kelompok belajar akan segera dapat berlangsung. Kelemahannya, karena kelompok itu mungkin tidak sesuai dengan keinginan anak-anak, hal itu akan menghambat keberlangsungan kelompok iebih lanjut dan besar kemungkinannya akan terjadinya desintegrasi dari kelompok itu.
3.2 Teknik Pembentukan Secara Bebas
Teknik yang lain adalah dengan menyerahkan pembentukan kelompok belajar itu kepada anak-anak sementara guru atau pembimbing tidak ikut campur tangan. Teknik ini adalah merupakan teknik yang sebaliknya dari yang pertama. Teknik inipun mengandung segi-segi yang menguntungkan di samping juga ada segi-segi kelemahannya.
Keuntungannya ialah:
1) Anak-anak dapat memilih teman-teman yang betul-betul cocok sehingga mereka betul-betul kompak dan dapat diharapkan akan dapat berlangsung dengan baik.
2) Di dalam kelompok itu ada kepercayaan yang mendalam sehingga antar mereka dapat berterus terang mengenai segala sesuatu. Hal ini tentu sangat menguntungkan bagi pembimbing.
Kelemahannya ialah:
1) Mungkin akan ada anak yang tidak dipilih sama sekali untuk masuk ke dalam keiompok. Bila hal ini terjadi maka akan membawa akibat yang kurang baik.
2) Ada kemungkinan bahwa kelompok yang satu dengan yang lain akan saling tutup menutupi sehingga akan dapat menimbulkan ekses yang kurang baik.
3) Ada kemungkin bahwa anak-anak yang pandai akan menjadi satu kelompok, demikian pula dengan anak-anak yang bodoh. Situasi yang demikian tentu akan berakibat tidak baik.
4) Ada kemungkinan anak-anak dari lingkungan sosial yang baik, terutama dari segi sosial ekonomi, menjadi satu dan demikian juga sebaliknya. Keadaan yang demikian ini jelas tidak baik dari segi pendidikan karena pada anak-anak akan tertanamkan sifat atau sikap yang kurang baik. Anak yang satu akan memandang rendah anak yang lain karena perbedaan taraf ekonominya.
3.3 Teknik Pembeatukan Secara Terpimpin
Pembentukan kelompok belajar dengan teknik ini merupakan teknik yang sebaik-baiknya. Teknik ini merupakan perpaduan dari kedua teknik di atas. Di samping memperhatikan pendapat dan keinginan anak-anak, guru atau pembimbing ikut campur tangan secara aktif di dalam proses pembentukan kelompok. Dengan jalan ini maka berbagai kelemahan yang terdapat dalam kedua teknik di atas akan dapat diatasi. Untuk mengetahui keinginan ataupun kehendak dari anak-anak, guru atau pembimbing dapat menggunakan jalan observasi, interviu dan kuesioner sosiometris.
Pembentukan kelompok yang akan dibahas selanjutnya adalah yang menggunakan teknik yang ketiga ini. Untuk keperluan pembentukan kelompok belajar ini kuesioner sosiometris merupakan alat yang paling praktis dan hasilrrya akan lebih sempurna apabila dilengkapi dengan interviu dan observasi.
4. Prosedur Pembentukan
Untuk pembentukan kelompok belajar ini sebaiknya dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
a. Memberikan kuesioner sosiornetris kepada anak-anak mengenai pilihan teman belajar beserta alasan-alasan mengapa mereka memilih teman tersebut.
b. Setelah hasii kuesioner masuk, dibuat tabulasi arah pilih anak-­anak untuk mengetahui frekuensi pemilihan anak-anak.
c. Dari tabulasi arah pilih anak lalu dibuatkan sosiogram untuk mengetahui jaringan interaksi sosiai anak di dalam pemilihan kelompok beiajar itu.
d. Mengadakan penyelidikan mengenai alasan-alasan yang dikemukakan oleh anak-anak yang mungkin dapat menjadi pertimbangan di dalam pembentukan kelompok itu.
e. Kelompok kemudian dibentuk dengan memperhatikan hasil-hasil tersebut di atas dilengkapi dengan hasil-hasil lain yang dapat diperoleh dengan interview ataupun observasi.
5. Besarnya Kelompok
Besar kecilnya kelompok tergantung pada besar kecilnya kelas dan juga bergantung kepada lancar tidaknya proses belajar. Pada umumnya besarnya kelompok dapat disarankan berkisar antara 3 sampai 5 orang. Selain besar kecilnya kelompok, yang perlu diperhatikan juga adalah faktor-faktor:
a. tempat tinggal anak
b. kemampuandi dalambelajarnya
c. nteraksi sosial anak
d. inteligensi anak
e. sifat-sifat lain dari anak, antara lain sifat kepemimpinan, dsb.
6. Diskusi Kelompok
Pelaksaanaan diskusi kelompok sedapat mungkin harus mendapatkan pengawasan dari guru atau pembimbing, lebih-lebih kalau kelompok itu baru dalam taraf permulaan di mana anggotanya masih belum begitu mapan.
Dalam taraf permulaan perlu ada bimbingan bagaimana seharusnya kelompok itu berdiskusi untuk memecahkan sesuatu masalah. Sebagai pengawas maka guru atau pembimbing dapat segera membantu anak anak apabila mereka memerlukannya. Tetapi lambat laun secara berangsur-angsur pengawasan tersebut dapat ditinggalkan apabila anak­anak telah mampu diberi kepercayaan terutama di dalam menjaga kelancaran diskusi itu.
Dalam diskusi kelompok diperlukan adanya seorang anak yang memimpin diskusi itu. Diskusi tidak harus dipimpin oleh ketua kelompok, tetapi justru oleh anak yang dapat dipandang mempunyai pengetahuan yang lebih di dalam bidang yang sedang didiskusikan atau dibicarakan. Ini yang sering disebut sebagai pusat kelompok.
Apabila suatu kelompok yang tidak dapat memecahkan sesuatu soal, ada baiknya kelompok ini menanyakan kepada kelompok-kelompok lain terlebih dahulu dengan perantaraan pusat kelompok sebelum menanyakannya kepada guru atau pembimbing. Dengan demikian ada suatu hirarki yang tertentu. Dalam diskusi kelompok akan terlihat munculnya persaingan yang sehat antara kelompok yang satu dengan yang lain. Adalah suatu hal yang tidak menyenangkan bagi suatu kelompok apabila harus meminta bantuan kepada. kelompok lain. Namun juga tidak pada tempatnya apabila ada sesuatu soal yang tidak dapat dipecahkan kemudian didiamkan begitu saja. Di dalam diskusi ini setiap anggota harus turut serta berbicara secara aktif sehingga ada suatu pertanggungjawaban sebagai suatu kelompok yang hidup.
7. Ketua Kelompok
Suatu kelompok diskusi harus ada yang memimpin. Pimpinan dari kelompok itulah yang disebut ketua kelompok. Siapakah yang dapat menjadi ketua kelompok? Hal ini bergantung kepada beberapa faktor, antara lain:
a. interaksi sosial, b. inteligensi,
c. sifat kepemimpinan, dsb.
Adalah bijaksana apabila masing-masing anggota dapat diberi kesempatan untuk menjadi pemimpin sehingga pimpinan kelompok itu terus berganti-ganti secara bergilir. Dengan kepimpinan yang bergilir ini masing-masing anak dilatih untuk menjadi pimpinan dari sesuatu kelompok. Dengan demikian kelompok belajar itu sekaligus juga akan dapat melatih sifat kepemimpinan anak.
Seperti halnya dalam struktur kemasyarakatan pada urnumnya, di mana seorang pemimpin mempunyai tugas-tugas tertentu, maka dalam kelompok belajar, ketua atau pemimpin kelompok juga mempunyai tugas-tugas yang tertentu pula, yaitu:
f. sebagai plan maker atau pembuat rencana
g. sebagai koordinator, yaitu yang mengkoordinasi anggota kelompoknya.
h. sebagai penghubung antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain, dan sekaligus sebagai penghubung dengan guru atau pembimbing.
i. memupuk semangat kelompok untuk selalu menghidupkan sifat kegotong-royongan.
j. dalam tahap awal, pemimpin kelompok bertugas untuk menyediakan tugas-tugas yang harus dipecahkan atau dipelajari.
Dalam taraf permulaan kelompok perlu mendapatkan bimbingan secara langsung dari guru atau pembimbing. Tetapi setelah anak mempunyai kesadaran akan pentingnya kelompok belajar, sebaiknya guru atau pembimbing selangkah demi selangkah mulai mengurangi pengawasannya agar anak semakin aktif dan kreatif. Di sinilah akan diterapkan prinsip tut wuri handayani.
8. Pemeliharaan Kelompok
Kelompok yang sudah terbentuk tentu saja harus dipelihara. Hal iniIah yang sering kurang mendapatkan perhatian. Banyak orang mengira bahwa bila kelompok telah terbentuk maka kemudian akan berlangsung dengan sendirinya dan akan hidup dengan sebaik-baiknya. Pandangan yang demikian merupakan pandangan yang salah. Supaya suatu kelompok dapat hidup dan berlangsung dengan baik, kelompok itu perlu dipelihara dengan sebaik-baiknya.
Di dalam pemeliharaan kelompok harus dijaga jangan sampai terjadi desintegrasi kelompok dan kelumpuhan kelompok.
8.1. Desintegrasi Kelompok
Apabila dalam suatu kelompok telah ada tanda-pertanda bahwa para anggotanya sudah tidak memiliki tujuan yang bulat, tidak mempunyai tim kerja yang baik sehingga tidak ada kerjasama yang baik, muncul kontradiksi-kontradiksi, tidak saling mempercayai satu sama lain, maka ini merupakan suatu tanda adanya desintegrasi dalam kelompok itu. Keadaan ini dapat meningkat ke arah terjadinya kelumpuhan kelampok.
8.2.Kelumpuhan Kelompok
Kelumpuhan kelompok terjadi kalau kelompok sudah tidak dapat berbuat sesuatu, sudah tidak dapat memberikan hasil, apalagi hasil yang baik. Jadi kelompok sudah lumpuh, tidak dapat berlangsung lagi. Untuk mencegah jangan sampai timbul gejala-gejala semacam ini, maka kelompok perlu dipelihara sebaik-baiknya, baik dengan cara preventif maupun korektif. Sekalipun suatu kelompok itu telah berlangsung baik, ini tidak berarti bahwa kelompok itu telah terlepas dari pemeliharaan. Kelompok yang telah berjalan baik harus diusahakan agar menjadi lebih baik, atau paling tidak agar kebaikan itu dapat dipertahankan, jangan sampai mengalami kemunduran.
9. Usaha-nsaha Perbaikan
Kalau telah terjadi desintegrasi ataupun kelumpuhan kelompok, maka perlu dilakukan langkah-langkah atau usaha-usaha untuk memperbaikinya, yaitu dengan jalan:
a. Perbaikan ke dalam
Perbaikan ke dalam merupakan langkah perbaikan di dalam keiompok itu sendiri. Misalnya, bila pimpinan yang kurang tegas yang menyebabkan pimpinannya perlu diganti. Jadi harus dilihat sebab-sebab yang menyebabkan desintegrasi itu ataupun kelumpuhan dari kelompok itu.
b. Perbaikan keluar
Kalau kelompok sudah tidak mungkin diperbaiki dari dalam, maka perbaikan melangkah ke luar kelompok. Misalnya dengan menukarkan anggota kelompok yang satu dengan yang lain. Jadi akan ada perubahan susunan dalam kelompok itu. Perbaikan keluar ditempuh apabila perbaikan ke dalam sudah tidak mungkin lagi dilakukan.
Dari uraian di atas maka menjadi lebih jelaslah tentang penyelenggaraan kelompok belajar untuk meningkatkan prestasi siswa.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Obyek Tindakan

Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi obyek tindakan adalah :
1. Efektititas penggunaan metode bimbingan kelompok dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada ujian akhir kelas tiga tahun pelajaran 2003/2004 di SLTP N I Muncar.
2. Peningkatan nilai ujian akhir siswa dari sebelum digunakan metode belajar kelompok pada siswa kelas tiga pada tahun pelajaran 2002/ 2003 dengan prestasi belajar siswa sesudah penggunaan metode bimbinan belajar kelompok pada siswa kelas tiga SLTP N I Muncar tahun pelajaran 2003! 2004.

B. Setting dan Subjek Penelitian

Setting atau lokasi penelitian tindakan kelas ini adalah SLTP N I Muncar J1.Ahmad Yani Kedungringin Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi, Kelas 3 , semester pertama dan kedua tahun pelajaran 2002/2003 dan 2003/2004.

C. Metode Pengumpulan Data

Data penelitian ini diambii dengan menggunakan angket, observasi dan dokumentasi nilai hasi ujian akhir pada tahun 2002/2003 dan tahun 2003 / 2004. Angket digunakan untuk mendata kelompok belajar yang telah dibuat oleh siswa beserta kelompoknya. Observasi dilakukan dengan cara mengambil sampel ke rumah siswa ( Home visit ) terhadap kebenaran data dari angket yang telah diberikan siswa kepada BK. Dokumentasi nilai ujian pada tahun 2002/2003 digunkan untuk membandingkan nilai ujian pada tahun 2003/2004 setelah dilakukan metode belajar kelompok.
D. Metode Analis Data
Untuk menganalisa data hasil penelitian maka dibuatlah tabulasi hasil angket yang telah dibuat oleh siswa dan tabulasi nilai ujian akhir yang telah diperoleh oleh siswa. Hasil tabulasi ini digunakan untuk melihat apakah semua siswa telah membentuk kelompok belajar. Apakah semua kelompok beiajar sudah berjalan dengan baik, dan apakah ada kesulitan belajar dalam keompok belajar mereka. Nilai ujian akhir dibandingkan antara tahun sebelum penggunaan metode belajar kelompok dengan tahun sesudah penggunaan belajar keolompok. Hasil tabulasi itu dianalisa dan ditafsirkan untuk mengambil keputusan penelitian berdasarkan hipotesis yang telah diajukan. Dari hasil analisa data ini maka dapat dijelaskan apakah hipotesis penelitian dapat dibuktikan atau tidak dapat dibuktikan.

No comments:

Post a Comment