Sunday, December 11, 2016

PTK IPA UNTUK KELAS VI SD

PTK IPA UNTUK KELAS VI SD



JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami  DISINI



KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul "Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI( Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Prestasi  Belajar Siswa Pada Materi Konduktor Dan Isolator Panas Di Kelas VI SD Negeri 26 Kota Pagaralam”
 Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyusunan Penelitian Tindakan Kelas ini masih terdapat kelemahan baik dalam penyusunan, dan itu semua semata-mata merupakan keterbatasan dalam pengalamam menyusun Penelitian Tindakan Kelas, mudah-mudahan Penelitian Tindakan Kelas ini banyak manfaatnya terutama bagi para guru umumnya bagi dunia pendidikan..
Akhirnya kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan makalah ini

Pagaralam ,    Nopember 2013
Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................     i
KATA PENGANTAR ......................................................................................        ii
DAFTAR ISI                                                                                                         iii
DAFTAR TABEL                                                                                                  v
BAB I             PENDAHULUAN
                        A.   Latar Belakang ....................................................................    1
                        B.   Perumusan Masalah .............................................................    2
                        C.   Tujuan Penelitian .................................................................    3
                        D.   Manfaat Penelitian ..............................................................    3
BAB II           KAJIAN PUSTAKA
A.    Pengertian Belajar.................................................................    5
B.     Pengertian Mengajar..............................................................    5
C.     Pembelajaran Kooperatif.......................................................    6
1.      Pengertian Pembelajaran Kooperatif...............................    6
2.      Tujuan Pembelajatan Kooperatif.....................................    8
3.      Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif.......    8
4.      Kelemahan Pembelajaran Kooperatif.............................. 10
5.      Aspek-aspek Pembelajaran Kooperatif........................... 12
6.      Ciri-ciri Pemeblajaran Kooperatif.................................... 13
7.      Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif.................... 15
8.      Manfaat Pembelajaran Kooperatif.................................. 17
9.      Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif.................................. 17
D.    Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI....................................... 17
1.      Pengertian Model Pembelajaran TAI.............................. 17
2.      Komponen-komponen TAI............................................. 19
3.      Karakteristik TAI............................................................ 20
4.      Langkah-langkah Pembejlajaran Kooperatif Tipe TAI... 21
E.     Konduktor dan Isolator Panas.............................................. 21
BAB III          METODOLOGI
                        A.   Setting Penelitian ................................................................ 23
                               1.    Waktu Penelitian........................................................... 23
                               2.    Tempat Penelitian.......................................................... 23
                               3.    Alasan Penelitian Dilakukan di Tempat Itu.................. 23
                        B.   Subjek Penelitian ................................................................. 23
                        C.   Sumber Data ........................................................................ 23
                        D.   Teknik Dan Alat Pengumpulan Data .................................. 24
                               1.    Teknik Pengumpulan Data............................................ 24
                               2.    Alat Pengumpulan Data................................................ 24
                        E.    Teknik Analisis Data............................................................ 24
                        F.    Indikator Kinerja.................................................................. 25
                        G.   Prosedur Penelitian............................................................... 25
BAB IV          HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
                        A.   Deskripsi Kondisi Awal....................................................... 28
                               1.    Keadaan Siswa.............................................................. 28
                               2.    Kemampuan Siswa........................................................ 28
                        B.   Deskripsi dan Pembelajaran Siklus I.................................... 29
                        C.   Deskripsi dan Pembelajaran Siklus II................................... 34
BAB V           KESIMPULAN DAN SARAN
                        A.   Kesimpulan........................................................................... 43
                        B.   Saran..................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Fase-fase dalam Pembelajaran Kooperatif Fase Kegiatan Guru......... 15
Tabel 4.1 Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan Penelitian .................................... 28
Tabel 4.2 Proses Pembelajaran Siklus I............................................................... 29
Tabel 4.3 Perolehan Nilai Tes dan Post Tes Pada Siklus I.................................. 31
Tabel 4.4 Lembar Observasi Merancang Pembelajaran Siklus I......................... 31
Tabel 4.5 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus I............................. 33
Tabel 4.6 Refleksi Pembelajaran Siklu I............................................................. 34
Tabel 4.7 Proses Pembelajaran Siklus 2.............................................................. 34
Tabel 4.8 Perolehan Nilai pre tes dan Pos tes Siklus 2 ....................................... 36
Tabel 4.9 Lembar Observasi Merancang Pembelajaran Siklus 2......................... 36
Tabel 4.10 Lembar Observasi Kegiatan Pembelajaran Siklus 2.......................... 38
Tabel 4.11 Refleksi Pembelajaran Siklus 2......................................................... 39
Tabel 4.12 Aktivitas Belajar Siswa Kelas VI dalam Pembelajaran IPS.............. 39
Tabel 4.13 Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran........................................... 41
Tabel 4.14 Lembar Aktivitas Siswa dalam Diskusi Kelompok........................... 41

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kualitas pendidikan meliputi diberbagai sektor dan jenjang pendidikan, termasuk jenjang pendidikan dasar. Keberhasilan pendidikan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk guru. Guru yang profesional akan selalu berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang dirinci sebagai berikut :
1.  Mendidik adalah usaha sadar untuk meningkatkan dan menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang.
2.  Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirimelalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang pendidikan tertentu. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang pendidikan tertentu. (Ngalim Purwanto, 1997: 42)
Dalam upaya meningkatkan proses belajar, guru harus berupaya menciptakan strategi yang cocok, sebab dalam proses belajar mengajar yang bermakna, keterlibatan siswa sangatlah penting, hal ini sesuai dengan pendapat Muhamad Ali, (1983 : 12) yang menyebutkan bahwa kadar pembelajaran akan bermakna apabila :
1.  Adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar.
2.  Adanya keterlibatan intelektual-emosional siswa baik melalui kegiatan menganalisa, berbuat dan pembentukan sikap.
3.  Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan situasi yang cocok untuk berlangsungnya proses belajar mengajar.
          Dari 17 siswa kelas VI SDN 26 Tahun Ajaran 2013/2014  yaitu 12 laki-lakidan 5 parempuan .Hanya 5 orang yang tuntas belajar,hal ini mendorong kami untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas ini. 
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI  dalam pembelajaran akan lebih bermakna, sebab dengan menggunakan model Pembelajaran kooperatif Tipe TAI  siswa akan terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran.
Mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar, dan merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan.
Kehadiran medel Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dalam pembelajaran IPA akan lebih mempermudah bagi guru dalam menyampaikan materi yang akan diajarkan kepada siswa.
Berdasarkan hasil renungan yang penulis lakukan setelah melaksanakan pembelajaran IPA tentang konduktor dan isolator panas, yang dilanjutkan dengan evaluasi, tetapi hasilnya tidak memuaskan, maka penulis sebagai guru kelas menyadari bahwa kesalahan berada pada guru bukan pada siswa, antara lain pembelajaran berpusat pada guru, keterlibatan siswa dalam pembelajaran kurang ada kesempatan untuk terlibat langsung dalam proses pembelajaran yang mengakibatkan siswa pasif dan hasil evaluasi.Dari 17 siswa hanya 5 orang yang tuntas belajar.Dangan KKM Mata pelajaran IPA 60,berlatar belakang dari permasalahan tersebut, dipandang perlu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, sebab Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran yang bersifat individual dan luwes. (Kasihani Kasbolah, 1998:22).

B.     Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dijadikan fokus penelitian adalah meningkatkan pemahaman siswa tentang konduktor dan isolator panas yang selama ini dianggap sulit oleh siswa.
Untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan masalah diperinci sebagai berikut :
a.  Bagaimanakah perencanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif  Tipe TAI untuk meningkatkan kemampuan siswa tentang Konduktor Dan Isolator Panas
b.  Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe TAIdalam meningkatkan kemampuan siswa tentang Konduktor Dan Isolator Panas
c.  Bagaimanakah kemampuan siswa dalam Pembelajaran Konduktor Dan Isolator Panas dapat di tingkatkan dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe TAI. 

C.    Tujuan Penelitian
a.  Ingin mengetahui dan memahami rencana pembelajaran IPA tentang Konduktor Dan Isolator Panas  dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI di Kelas VI SD Negeri 26 Kota Pagaralam
b.  Ingin mengetahui dan memahami proses berlangsungnya pembelajaran IPA dalammateri Konduktor Dan Isolator Panas di Kelas VI SD Negeri 26  dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI.
c.  Ingin mengetahui kemampuan dan kelemahan siswa di Kelas VI SD Negeri 26 Kota Pagaralam dalam materi konduktor dan Isolator Panas setelah pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI.

D.    Manfaat Penelitian

1.      Manfaat Teoritis
Secara umum: penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pada dunia pendidikan dalam pengajaran matematika dalam peningkatan keaktifan dan hasil belajar melalui pendekatan Kooperatif Tipe TAI
 Secara khusus: diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada strategi pembelajaran disekolah serta dapat mengoptimalkan kemampuan peserta didik peserta didik

2.      Manfaat Praktis
a.  Bagi Siswa
1)  Dapat menguasai konsep yang dipelajarai.
2)  Dapat menumbuhkan motivasi untuk mempelajari IPA.
3)  Dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap mata pelajaran IPA.
b.  Bagi Guru
1)  Dapat memberikan pengalaman yang sangat berharga dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.
2)  Dapat memberikan gambaran kemampuan siswa dalam memahami bahan ajar/materi tentang materi Konduktor Dan Isolator Panas dengan mempergunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Pengertian Belajar
            Untuk mencapai tujuan agar siswa dapat meningkatkan hasil belajar yang baik, terlebih dahulu siswa memahami pengertian dari belajar. Belajar adalah suatu kegiatan yang membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlahpengetahuan melainkanjuga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, dan pengahargaan, minat, pendeknya mengenai segala aspek atau pribadi seseorang. (Nasution, 1995 : 35).
            Menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya (Slamito, 2002 : 2). Winkel (1989 : 15) mengemukakan bahwa proes belajar pada manusia merupakan proses siklus yang berlangsung dalam mengaktifkan subjek dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan.
Dari pendapat di atas maka dirumuskan definisi belajar adalah suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yaiu perubahan ke arah yang lebih baik.

B.Pengertian Mengajar
            Selain siswa harus tahu pengertian belajar, gurupun harus tahu pengertian mengajar. Menurut Slameto (1995 : 29) mengajarkan adalah penyerahan kebudayaan berupa pengalaman dan kecakapan kepada anak didik. Sudjono (2000 : 37) mengatakan bahwa mengajar adalah sebagai alat yang direncanakan melalui berbagai kegiatan seoptimal mungkin.
            Dari uraian di atas dirumuskan definisi bahwa mengajar adalah suatu kegiatan membimbing dan mengorganisasikan lingkungan sekitar anak didik agar tercipta lingkungan belajar yang konduktif. Setelah siswa mengerti definisi belajar, seorang gurupun mengerti pengertian mengajar. Guru didalam menyampaikan proses pembelajaran harus dapat menemukan dan menggunakan metode yang cepat dan aktif.



C.Pembelajaran Kooperatif
1.        Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni (2009: 15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial.
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto, 2010: 37). Anita Lie (2007: 29) mengungkapkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif.
Johnson (Anita Lie,2007: 30) mengemukakan dalam model pembelajaran kooperatif ada lima unsur yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok (Arif Rohman, 2009: 186).
Cooperative learning menurut Slavin (2005: 4-8) merujuk pada berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model pembelajaran ini harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadi interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi efektif antara anggota kelompok.
Agus Suprijono (2009: 54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaanpertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksudkan. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
Anita Lie (Agus Suprijono, 2009: 56) menguraikan model pembelajaran kooperatif ini didasarkan pada falsafah homo homini socius. Berlawanan dengan teori Darwin, filsafat ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dialog interaktif (interaksi sosial) adalah kunci seseorang dapat menempatkan dirinya di lingkungan sekitar.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar belajar semua anggota maksimal.


2.        Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Slavin (2005) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.
Wisenbaken (Slavin, 2005) mengemukakan bahwa tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan norma-norma yang proakademik di antara para siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa.
3.        Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif
Lungdren dalam Isjoni (2009 : 16) mengemukakan unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
a.       para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “ tenggelam atau berenang bersama”;
b.      para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi;
c.       para siswa harus berpendapat bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama;
d.      para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok;
e.       para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok;
f.       para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar;
g.      setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Roger dan David (Agus Suprijono, 2009: 58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah sebagai berikut.
1)      Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
2)      Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
Pertanggungjawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggungjawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya, setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus dapat menyelesaikan tugas yang sama.
3)      Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan positif. Ciri–ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif dan efisien, saling memberikan informasi dan sarana yang diperlukan, memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, dan saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
4)      Interpersonal skill (komunikasi antaranggota)
Untuk mengkoordinasikan kegiatan siswa dalam pencapaian tujuan siswa harus adalah saling mengenal dan mempercayai, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
5)      Group processing (pemrosesan kelompok)
Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok. Siapa di antara anggota kelompok yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan.
Thompson, et al (Isjoni,2009: 17) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Isjoni (2009: 17) menguraikan bahwa pada pembelajaran kooperatif yang diajarkan adalah keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan.
4.        Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut.
a.       guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu;
b.      agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai;
c.       selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan
d.      saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Slavin (Miftahul, 2011: 68) mengidentifikasi tiga kendala utama atau apa yang disebutnya pitfalls (lubang-lubang perangkap) terkait dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
a.       Free Rider
Jika tidak dirancang dengan baik, pembelajaran kooperatif justru berdampak pada munculnya free rider atau “pengendara bebas”. Yang dimaksud free rider disini adalah beberapa siswa yang tidak bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya mereka hanya “mengekor” saja apa yang dilakukan oleh teman-teman satu kelompoknya yang lain. Free rider ini sering kali muncul ketika kelompok-kelompok kooperatif ditugaskan untuk menangani atu lembar kerja, satu proyek, atau satu laporan tertentu.
Untuk tugas-tugas seperti ini, sering kali ada satu atau beberapa anggota yang megerjakan hampir semua pekerjaan kelompoknya, sementara sebagian anggota yang lain justru “bebas berkendara”, berkeliaran kemana-mana.
b.      Diffusion of responsibility
Yang dimaksud dengan diffusion of responsibility (penyebaran tanggung jawab) ini adalah suatu kondisi di mana beberapa anggota yang dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh anggota-anggota lain yang “lebih mampu”. Misalnya, jika siswa ditugaskan untuk mengerjakan tugas IPA, beberapa anggota yang dipersepsikan tidak mampu menghafal atau memahami materi tersebut dengan baik sering kali tidak dihiraukan oleh teman-temannya yang lain. Siswa yang memiliki skillIPA yang baik pun terkadang malas mengajarkan keterampilannya pada teman-temannya yang kurang mahir di bidang IPA. Hal ini hanya membuang-buang waktu dan energi saja.
c.       Learning a Part of Task Specialization
Beberapa model pembelajaran tertentu, seperti Jigsaw, Group Investigation, dan metode-metode lain yang terkait, setiap kelompok ditugaskan untuk mempelajari atau mengerjakan bagian materi yang berbeda antarsatu sama lain. Pembagian semacam ini sering kali membuat siswa hanya fokus pada bagian materi lain yanng dikerjakan oleh kelompok lain hampir tidak dihiraukan sama sekali, padahal semua materi tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Slavin (Miftahul,2011: 69) mengemukakan bahwa ketiga kendala ini bisa diatasi jika guru mampu melakukan beberapa faktor sebagai berikut 1) mengenakan sedikit banyak karakteristik dan level kemampuan siswanya, 2) selalu menyediakan waktu khusus untuk mengetahui kemajuan setiap siswanya dengan mengevaluasi mereka secara individual setelah bekerja kelompok, dan yang paling penting 3) mengintegrasikan metode yang satu dengan metode yang lain.
5.        Aspek-aspek Pembelajaran Kooperatif
Miftahul (2011) memaparkan beberapa aspek pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
a.       Tujuan
Semua siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (sering kali yang beragam/ ability grouping/ heterogenous group) dan diminta untuk 1) mempelajari materi tertentu dan 2) saling memastikan semua anggota kelompok juga mempelajari materi tersebut.
b.      Level kooperatif
Kerja sama dapat diterapkan dalam kelas (dengan cara memastikan bahwa semua siswa di ruang kelas benar-benar mempelajari materi yang ditugaskan) dan level sekolah (dengan cara memastikan bahwa semua siswa di sekolah benar-benar mengalami kemajuan secara akademik).
c.       Pola interaksi
Setiap siswa saling mendorong kesuksesan antar satu sama lain. Siswa mempelajari materi pembelajaran bersama siswa lain, saling menjelaskan cara menyelesaikan tugas pembelajaran, saling menyimak penjelasan masing-masing, saling mendorong untuk bekerja keras, dan saling memberikan bantuan akademik jika ada yang membutuhkan. Pola interaksi ini muncul di dalam dan di antara kelompok-kelompok kooperatif.
d.      Evaluasi
Sistem evaluasi didasarkan pada kriteria tertentu. Penekanannya biasanya terletak pada pembelajaran dan kemajuan akademik setiap siswa, bisa pula difokuskan pada setiap kelompok, semua siswa, ataupun sekolah. Koes (Isjoni, 2009: 20) menyebutkan bahwa belajar kooperatif didasarkan pada hubungan antara motivasi, hubungan inter personal, strategi pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam individu memotivasi gerakan ke arah pencapaian hasil yang diinginkan. Nurhadi (Isjoni, 2009) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif memuat elemen-elemen yang saling terkait di dalamnya, diantaranya adalah saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual, keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang sengaja diajarkan. Keempat elemen tersebut tidak bisa dipisahkan dalam pembelajaran kooperatif karena sangat mempengaruhi kesuksesan dari pembelajaran koperatif sendiri.
Effandi Zakaria (Isjoni, 2009: 21) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif dirancang bagi tujuan untuk melibatkan pelajar secara aktif dalam proses pembelajaran melanjutkan perbincangan dengan teman-teman dalam kelompok kecil. Ia memerlukan siswa bertukar pendapat, memberi tanya jawab serta mewujudkan serta membina proses penyelesaian kepada suatu masalah. Kajian eksperimental dan diskriptif yang dijalankan mendukung pendapat yang mengatakan pembelajaran kooperatif dapat memberikan hasil yang positif kepada siswa.
6.        Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Isjoni (2009: 27) memaparkan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut.
a.       setiap anggota memiliki peran;
b.      terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa;
c.       setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga temanteman sekelompoknya;
d.      guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan
e.       guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin (Isjoni, 2009) yaitu penghargaan kelompok, pertanggung jawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
1)      Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
2)      Pertanggung jawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yanng saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
3)      Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
Slavin (2005: 36) memaparkan bahwa teori motivasi dalam pembelajaran kooperatif menekankan pada derajat perubahan tujuan kooperatif mengubah insentif bagi siswa untuk melakukan tugas-tugas akademik, teori kognitif menekankan pada pengaruh dari kerja sama itu sendiri (apakah kelompok tersebut mencoba meraih tujuan kelompok ataupun tidak).
Panintz (Agus Suprijono, 2009: 54) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaanpertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangkan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerja sama dan interdependensi siswa dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu pada derajat kerja sama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward.
Salah satu aksentuasi model pembelajaran kooperatif adalah interaksi kelompok. Interaksi kelompok merupakan interaksi interpersonal (interaksi antaranggota). Interaksi kelompok dalam pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan inteligensi interpersonal. Inteligensi ini berupa kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intensi, motivasi, sifat, temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara, isyarat dari orang lain juga termasuk dalam inteligensi ini. Secara umum inteligensi interpersonal berkaitan dengan kemampuan seseorang menjalin relasi dan komunikasi dengan berbagai orang. Interaksi kelompok dalam interaksi pembelajaran kooperatif dengan kata lain bertujuan mengembangkan keterampilan sosial (social skill). Beberapa komponen keterampilan sosial adalah kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerja kooperatif dan kolaboratif, serta solidaritas.
7.        Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Agus Suprijono (2009) memaparkan sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase sebagai berikut.
Tabel 1. Fase-fase Dalam Pembelajaran Kooperatif Fase Kegiatan Guru
Fase
Kegiatan Guru
Fase 1 : Present goals and set 
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
mempersiapkan siswa siap belajar
Fase 2 : Present information Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada
siswa secara verbal
Fase 3 : Organize students into learning teams
Mengorganisir siswa ke dalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada siswa tentang tata cara pembentukan tim  belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4 : Assist team work and studenyMembantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama  siswa mengerjakan tugasnya
Fase 5 : Test on the materialsMengevaluasi
Menguji pengetahuan siswa mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6 : Provide recognitionMemberikan pengakuan atau penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

a.       Fase pertama
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru mengklasifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena siswa harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran.
b.      Fase kedua
Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik.
c.       Fase ketiga
Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama di dalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya.
d.      Fase keempat
Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa siswa mengulangi hal yang sudah ditunjukkan.
e.       Fase kelima
Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran.
f.       Fase keenam
Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada siswa. Variasi struktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika siswa diakui usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan orang lain. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota tim-timnya saling bersaing.
8.        Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Sadker (Miftahul, 2011: 66) menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif. Selain itu, meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini.
a.       siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi;
b.      siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga-diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar;
c.       dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada  teman-temannya, dan di antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif (interdependensi positif) untuk proses belajar mereka nanti;
d.      pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbedabeda.

9.        Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2009:11-26) ada berbagai macam tipe, yaitu Student Teams-Achievement Division (STAD), Team Game Tournament (TGT), Jigsaw II, Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Team Assisted Individualization (TAI), Group Investigation, Learning Together, Complex Instruction, dan Structure Dyadic Methods.

D.      Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization)
1.      Pengertian Model Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization)
Model Pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) ini dikembangkan oleh Slavin. Menurut Slavin (2005) tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada model pembelajaran TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
Model pembelajaran TAI dimana siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil (5 siswa) secara heterogen yang dipimpin oleh seorang ketua kelompok yang mempunyai lebih dibandingkan anggotanya. Selain itu guru mempunyai fleksibilitas untuk berpindah dari kelompok ke kelompok atau dari individu ke individu, kemudian para siswa dapat saling memeriksa hasil kerja mereka, mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul dalam kelompok dapat ditangani sendiri maupun dengan bantuan guru apabila diperlukan.
Miftahul (2011) mengemukakan bahwa dalam model pembelajaran TAI, siswa dikelompokkan berdasarkan kemampuannya yang beragam. Masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa dan ditugaskan untuk menyelesaikan materi pembelajaran atau PR. Dalam model pembelajaran TAI, setiap kelompok diberikan serangkaian tugas tertentu untuk dikerjakan bersama-sama. Poin-poin dalam tugas dibagikan secara berurutan kepada setiap anggota (misalnya, untuk materi IPA yang terdiri dari 8 soal, berarti empat anggota dalam setiap kelompok harus saling bergantian menjawab soal-soal tersebut). Semua anggota harus saling mengecek jawaban temanteman satu kelompoknya dan saling memberi bantuan jika memang dibutuhkan. Setiap kelompok harus memastikan bahwa semua anggotanya paham dengan materi yang telah didiskusikan.
Masing-masing anggota diberi tes individu tanpa bantuan dari anggota yang lain. Selama menjalani tes individu ini, guru harus memperhatikan setiap siswa. Skor tidak hanya dinilai oleh sejauh mana siswa mampu menjalani tes itu, tetapi juga sejauh mana mereka mampu bekerja secara mandiri (tidak mencontek).
Penghargaan (reward) diberikan kepada kelompok yang mampu menjawab soal-soal dengan benar lebih banyak dan mampu menyelesaikan PR dengan baik. Guru memberikan poin tambahan (extra point) kepada siswa yang mampu memperoleh nilai rata-rata yang melebihi KKM pada ujian final. Karena dalam model pembelajaran TAI siswa harus saling mengecek pekerjaannya satu sama lain dan mengerjakan tugas berdasarkan rangkaian soal tertentu, guru sambil lalu bisa memberi penjelasan seputar soal-soal yang kebanyakan dianggap rumit oleh siswa. Pada model pembelajaran TAI ini, akuntabilitas individu, kesempatan yang sama untuk sukses, dan dinamika motivasional menjadi unsur-unsur utama yang harus ditekankan oleh guru.
2.      Komponen-Komponen TAI (Team Assisted Individualization)
Nur asma (2006) mengemukakan bahwa kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran TAI tidak sama dengan kegiatan pembelajaran pada model pembelajaran STAD dan TGT, TAI terikat pada serangkaian materi pelajaran yang khas dan memiliki petunjuk pelaksanaan sendiri. Menurut Slavin (Nur Asma, 2006: 56) model pembelajaran TAI terdiri dari delapan komponen, yaitu.
Tahap 1 : Mempelajari Materi Pelajaran
Siswa mempelajari materi pelajaran yang telah disiapkan oleh guru.
Tahap 2 : Tes Penempatan (Placement test)
Pada awal program pembelajaran diberikan pretest, dimaksudkan untuk menempatkan siswa pada program individual yang didasarkan pada hasil tes mereka.
Tahap 3 : Membagi Siswa ke dalam Kelompok
Siswa dalam model pembelajaran TAI ditempatkan dalam kelompok-kelompok heterogen terdiri dari 4 sampai 5 siswa.
Tahap 4 : Belajar Kelompok (study teams)
Setelah ujian penempatan, masing-masing individu menempatkan diri sesuai dengan kelompoknya. Setiap kelompok mendiskusikan materi yang sudah dipelajari oleh masing-masing individu. Setiap kelompok harus memastikan bahwa setiap anggotanya paham tentang materi yang sudah dipelajari.
Tahap 5 : Skor dan Penghargaan kelompok
Guru memberikan skor dan penghargaan terhadap kelompok yang hasil dari diskusi kelompoknya bagus. Skor ini didasarkan pada jumlah rata-rata unit yang tercakup oleh anggota kelompok dan akurasi dari tes-tes unit. Kriteria ditetapkan untuk penampilan (hasil) kelompok.
Tahap 6 : Refleksi
Guru menberikan penegasan terhadap materi yang sudah dipelajari. Guru menerangkan materi yang sudah dipelajari agar siswa lebih yakin dan mantap terhadap materi yang dipelajari, sehingga jika mendapatkan soal siswa bisa menyelesaikannya.
Tahap 7 : Tes Akhir
Pada akhir pembelajaran guru memberikan posttest yang dikerjakan secara individu untuk mengukur seberapa pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari.
Tahap 8 : Unit Keseluruhan
Setiap akhir pembelajaran guru mengevaluasi pembelajaran yang dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa.
3.      Karakteristik TAI (Team Assisted Individualization)
a.       Team
pembentukan kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa.
b.      Placement test
pemberian pretest kepada siswa /melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tersebut.
c.       Student Creative
melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok.
d.      Team Study
tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan.
e.       Team Score and Team Recognition
pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
f.       Teaching Group
pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.
g.      Fact Test
pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
h.      Whole-Class Units
pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
4.      Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization)
a.       Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru;
b.      Guru memberikan kuis (pretest) secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal;
c.       Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4–5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah) Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender;
d.      Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok;
e.       Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari;
f.       Guru memberikan kuis (posttest) kepada siswa secara individual;
g.      Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).


E.     Konduktor Dan Isolator Panas
Konduktor panas adalah benda-enda yang mudah dan cepat dalam menghantarkan panas. Benda yang bersifat konduktor dapat menghantarkan panas dengan baik. Oleh karena itu, benda bersifat konduktor dapat dimanfaatkan untuk menghantarkan panas ke benda lain. Hal ini berarti juga bahwa benda ini sengaja dibuat menjadi panas, kemudian sifat panas ini digunakan untuk tujuan tertentu. Misalnya panas yang diterima setrika digunakan untuk menghaluskan baju.
Isolator panas adalah benda-benda yang tidak mudah dan lambat dalam menghantarkan panas. Benda yang bersifat Isolator  tidak dapat menghantarkan panas. Misalnya sejenis plastik tahan panas.


No comments:

Post a Comment