Monday, September 26, 2016

Laporan Konseling Individu

Contoh Laporan Konseling Individu

JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami  DISINI



A. Deskripsi Masalah
Konseli merupakan seorang siswa di salah satu Sekolah Menengah Atas Negeri di Bandung. Dia merupakan anak yang baik, penurut kepada orang tuanya dan bisa dikatakan anak yang pintar karena prestasi yang dia peroleh di tingkat SD dan SMP cukup baik. Akan tetapi, ketika awal masuk SMA dia mengalami perubahan sikap yang sangat signifikan sekali. dia menjadi sering bolos sekolah sampai surat panggilan untuk orang tuanya pun dia sembunyikan. Dikarenakan bolosnya hampir tiga bulan lamanya dan pihak sekolah menyangka tidak adanya perhatian atau tindak lanjut dari orang tua memenuhi panggilan sehingga pada akhirnya pihak sekolah mengembalikan berkas-berkasnya (dikeluarkan dari sekolah).
Dalam proses konseling, koseli mengatakan bahwa dia selalu bingung, cemas dan tidak masuk sekolah dikarenakan beberapa faktor, yang pertama dia merasa malu dengan kondisi dirinya yang serba kekurangan di bandingkan teman-teman yang lainnya karena memang dia dari keluarga yang bisa dikatakan sangat sederhana ditambah dia selalu di ejek oleh teman-teman sekolahnya. Faktor yang kedua, dia merasa selalu salah karena sering di marah-marahi oleh kedua orang tuanya padahal mereka tidak mengetahui apa-apa karena sibuk dengan kerjaannya masing-masing. Faktor yang ketiga, karena banyaknya tugas yang diberikan dan dia tidak bisa mengerjakannya serta tidak tahu harus bertanya kepada siapa untuk menyelesaikan tugas-tugasnya
B. Masalah inti
Dari hasil obrolan/wawancara saya dan konseli tersebut maka sudah jelas konseli memiliki masalah yang lumayan pelik. Dan dalam segi kesehatan mental/jiwa konseli bisa dikatakan memiliki gangguan kesehatan mental/jiwa. Gangguan kesehatan mental/jiwa adalah gangguan yang menyebabkan kepribadian seseorang terganggu sehingga tidak sanggup atau mengalami berbagai kegagalan dalam menjalankan tugas kehidupannya sehari-hari[1]. Menurut Zakiah Drajat kesehatan mental yang terganggu maka individu terebut tidak akan merasa bahagia, karena yang menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah kesehatan mentalnya. Orang yang sehat mentalnya tidak akan lekas putus asa, pesimi atau apatis karena ia dapat menghadapi semua rintangan atau kegagalan dalam hidup dengan tenang dan wajar dan menerima kegagalan sebagai pelajaran yang akan membawa kesuksesan nantinya.
Perubahan sikap konseli yang sering kali bingung, cemas, merasa iri hati dan rendah diri serta hilangnya kepercayaan kepada diri sendiri merupakan gangguan perasaan yang disebabkan oleh terganggunya kesehatan mentalnya. Dan penurunan prestai dikarenakan males belajar merupakan pengaruh gangguan kesehatan mental terhadap pikiran/kecerdasan.
Kecerdasan seorang anak dipengaruhi oleh kecerdasan orang tuanya, akan tetapi, jika tidak mendapat kesempatan dan lingkungan yang baik untuk berkembang, maka kecerdasan itu tidak akan mencapai kemampuannya yang maksimal. Seperti bibit tanaman yang baik, jika dibiarkan tumbuh di atas tanah yang kering, tidak dipelihara dan dibiarkan saja dipenuhi oleh rumput, maka tanaman tadi akan merana dan tidak akan memberikan hasil sebagaimana diharapkan. Konseli tidak bisa mengkonsentrasikan pikiran tentang sesuatu hal yang penting, merasa kemampuan berpikirnya menurun, dan merasa seolah-olah ia tidak lagi cerdas bukan berarti karena dia bodoh, tapi karena tidak ada ketenangan jiwa padanya. Terganggunya ketenangan jiwa konseli salah satunya disebabkan oleh kedua orang tuanya. Perlakuan orang tua yang terlalu keras, tidak banyak memperdulikan kepentingan konseli menyebankan hilangnya ketenangan jiwa konseli. Banyak sekali anak-anak menjadi pemalas belajar dan bodoh disekolah, karena tidak ada saling pengertian dan penghargaan antara orang tua dengan anak.
Secara garis besarnya, faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal (faktor dari dalam individu), yakni keadaan kondisi jasmani dan ruhaninya. Faktor eksternal (faktor dari luar individu), yakni kondisi lingkungan di sekitar individu baik itu lingkungan keluarga ataupun lingkungan pergaulan[2]. Kedua faktor tersebut mempengaruhi kesehatan mental individu juga.
Dengan demikian konseli dikatakan tidak sehat mentalnya karena belum terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwanya seperti apek kognitif, afektif dan konatifnya, serta belum memiliki kesanggupan untuk menghadapi problema-problema yang biasa terjadi dan tidak berpikir positif akan kemampuan dirinya.
C. Bentuk layanan yang diberikan
Dari hasil wawancara antara konselor dengan konseli maka rencana layanan yang konselor berikan untuk membantu konseli mengentaskan permasalahan yang dialaminya adalah memberikan Layanan Konseling Individual dengan bentuk:
  1. Konseling sosial-pribadi dan belajar, yaitu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan oleh konselor untuk memfasilitasi individu dalam mengembangkan potensi dirinya secara optimal baik yang terkait dengan aspek intelektual, emosional, osial maupun moral atau spiritual.
  2. Konseling keluarga, yaitu proses bantuan kepada individu dengan melibatkan anggota keluarga lainnya terutama orang tuanya, dalam upaya memecahkan masalah yang dialaminya.
  3. Konseling religious (islami), yaitu proses bantuan yang diberikan kepada individu agar memperoleh pencerahan diri dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai agama melalui uswah hasanah.
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Layanan
  1. Waku Pelaksanaan Layanan
Hari           : Sabtu
Tanggal     : 03 November 2012
Jam            : 13.00 s/d selesai
  1. Tempat pelaksanaan layanan yaitu di Rumah Konselor
E. Proses dan Tahapan Pelaksanaan Layanan
1. Tahap awal konseling
Tahap ini diebut juga tahap definisi masalah, karena tujuannya adalah supaya konselor dan konseli mampu mendefinisikan masalah konseli yang di tangkap dalam dialog konseling. Dalam memulai hubungan awal antara konselor dengan konseli, konselor berupaya menghantarkan klien untuk bisa memiliki rasa aman dan nyaman. dalam hubungan awal ini konselor dan klien mempunyai pemahaman dan persepsi yang sama dalam pencapaian tujuan pelaksanaan proses konseling antara konselor dengan klien dalam rangka nantinya konseli dapat mengentaskan masalah yang dihadapinya secara mandiri.
Dalam tahapan ini yang dilakukan konselor yaitu:
  1. Attending, yaitu perilaku menghampiri klien dengan tujuan meningkatkan harga diri kilen, menciptakan suasana yang aman, mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas. Disini konselor memperlihatkan sikap terbuka konselor dengan 3S (senyum, salam, sapa)
  2. Empati. Yang merupakan kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien. tahapan ini termasuk dalam teknik attending. Disini konselor harus tidak egois dan memasuki dunia dalam klien dengan berkata “saya dapat merasakan bagaimana perasaan kamu.” Atau “saya paham dengan keinginan kamu”
  3. Refleksi perasaan, konselor merefleksikan atau mengulang kembali pernyataan, baik kata-kata maupun perasaan yang diekspreikan klien. Dalam teknik konseling chakuff ini termasuk kedalam teknik responding, dimana konselor mampu mengartikulasikan pengalaman dan alasan dari perasaan klien, serta mampu membahasakan isi dari ekspresi klien ketika konselor menyampaikan kembali pada klien alasan dari perasaannya. Disini konselor berkata “mungkin kamu merasa …”
  4. Bertanya tertutup, dikarenakan konseli tidak mau mengungkapkan semua permasalahannya dan cenderung introvert. Ini juga termasuk dalam teknik responding untuk mengeksplorasi secara mendalam mengenai permasalahan klien. disini konselor bertanya kepada klien yang jawaban klien pastilah antara “iya” dan “tidak” seperti bertanya “kamu merasa tertekan dengan itu …”
  5. Setelah konseli nyaman maka diberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka agar konseli lebih terbuka dengan masalahnya dengan penanaman kepercayaan terhadap konseli, menjelaskan mengenai azas-azas kerahasiaan dan eklamasi yaitu memperhatikan kenseli. Disini konselor bertanya “bagaimana perasaan kamu saat itu?”
  6. Mendefinisikan masalah bersama
Setelah berhasil pada tahap pendekatan dan terbinanya hubungan awal antara konselor dengan konseli dalam pelaksanaan konseling yang ditandai klien telah memiliki persepsi yang sama dengan konselor dalam melaksanakan konseling. Selanjutnya konselor menjelajahi permasalahan yang dialami klien. tahapan ini menurut charkuff termasuk dalam teknik personalizing, dimana konselor memahami dan menekankan masalah klien agar klien bisa bertanggung jawab dengan masalahnya sendiri. Dari penjajakan terhadap permasalahan yang dialami klien informasi yang diperoleh konselor adalah klien memiliki permasalahan dengan pergaulan di sekolahnya dengan teman-temannya. permasalahannya adalah AIS merasa minder dengan keadaannya yang tidak bisa setara dengan teman-temannya juga permasalahan dengan orang tuanya karena seringkali di marahi dan tidak di perhatikan. hal ini membuat konseli tidak nyaman dan menjadi resah sehingga tidk mau masuk sekolah dan belajar.
2. Tahap pertengahan konseling
Tahap ini disebut sebagai tahap kerja atau tahap pembinaan yang bertujuan untuk mengolah masalah konseli yang telah di definisikan tadi. Dalam teknik konseling charkuff tahapan ini termasuk dalam teknik initiating, dimana konselor memberikan bantuan seperti motivasi, dll.  Dalam tahap pembinaan ini usaha yang dilakukan konselor dalam membantu klien mengambil keputusan untuk mengentaskan permasalahan yang dialaminya adalah dengan memfokuskan konseli terhadap masalahnya, memberikan informasi serta motivasi belajar kepada konseli untuk bisa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Menyadarkan konseli akan potensi dirinya, dan memberikan pemahaman agar konseli dapat menerima realitas/kenyataan hidupnya, menerima semua kekurangan yang ada padanya. Meluangkan waktu belajar dengan sering bertanya pada orang yang lebih tahu.
3. Tahap akhir konseling
Disebut juga tahap tindakan (action), tahap ini bertujuan agar konseli mampu menciptakan tindakan-tindakan positif seperti perubahan perilaku dan emosi, serta perencanaan hidup masa depan yang positif setelah dapat mengatasi masalahnya. Dalam tahap ini konselor menyimpulkan semua yang telah dikomunikasikan konseli, merencanakan tindakan apa yang akan selanjutnya di ambil dan mengevaluasinya. Tahapan ini juga termasuk dalam teknik initiating (action).
Adapun secara spesifik tahapan konseling individual model charkuff yang diterapkan seperti dibawah ini :

NoNama  TahapanAktivitas yang dilakukanBahasa  Verbal yang digunakan
1.AttendingPreparing: menerima kehadiran konseli

Positioning: Konselor mengatur dirinya mulai dari cara duduk, posisi duduk, kemiringan posisi duduk dan tatapan mata yang menunjukkan keramahan dan kesungguhan membantu

Observing:Konselor berusaha memperoleh gambaran tentang energy, ekspresi perasaan, dan kesiapan konseli dalam konseling, serta memperhatikan bila terjadi ketidaksesuaian antara ucapan dan ekspresi.

Listening: Keterampilan untuk memperoleh informasi tentang konseli yang meliputi 5W dan 1H
-hai asep, senang bisa jumpa kembali denganmu, ayo masuk dan silahkan duduk.

-Kalau boleh tahu, asep habis dari mana? Kira-kira apa yang dapat saya bantu, seneng kalau bisa menolong orang/ meringankan beban orang, tentu dalam batas kemampuan yang saya miliki

-Jika saya amati, sepertinya kamu ini sedang bersedih, sebenarnya apa yang telah terjadi?

-sabar yah sep, dalam kehidupan pastilah ada cobaan dan ujiannya.

-klo boleh tahu kronologis peristiwa yang dialami hingga asep jadi begini bagaimana?
coba ceritakan saja..
2RespondingResponding to content and situation:




Responding to meaning:menekankan keterkaitan antara perasaan dan isi masalah yang dialami konseli
Responding to feelings:
Dinyatakan dengan bentuk emphaty



Responding to feelings plus reason:
-kamu mengatakan bahwa yang terjadi pada diri kamu dikarenakan kurangnya perhatian orang tua yang tidak memfasilitasi kamu dalam sekolah, kemudian kamu merasa minder dan akhirnya teman-teman
Mengejekmu dan kamu tidak mau masuk sekolah.

-kamu merasa tertekan dengan ejekan-ejekan temanmu

-saya mengerti apa yang kamu rasakan, dan saya juga merasakan hal yang sama jika di posisi kamu
3PersonalizingPersonalizes implicit meaning: Konselor memberikan pemahaman kepada konseli keberartian suatu pengalaman terhadap dirinya

Personalizes implicit problem: Respon yang menentukan agar konseli mampu berbuat sesuatu






Personalizes implicit feelings







Personalizes goal: Konselor merumuskan perilaku sebagai jawaban  terhadap masalah yang dihadapi konseli
-kamu merasa selalu disalahkan dan tertekan dimarahi terus sama orang tua kamu


-kamu merasa minder karena tidak bisa kaya teman-teman kamu, kamu merasa orang tua kamu tidak memperhatikan dan memperdulikanmu, kamu merasa tertekan dengan keduanya itu sehingga kamu males untuk belajar dan pergi ke sekolah.

-kalau saya seperti kamu pastinya saya tidak akan betah terus-terusan menjalani hidup dengan keadaan seperti itu, saya harus bergerak dari keadaan itu

-kamu merasa tertekan dengan keadaan seperti itu maka ubahlah pemikiran kamu dan coba kasih pengertian kepada orangtua mu dan tunjukan pada mereka kalau kamu masih bisa berprestasi dengan baik
4.InitiatingGoal Developing:tahapan yang harus dicapai konseli menuju tujuan yang hendak dicapai



Designing schedules:
Langkah menentukan waktu kapan dimulai dan kapan diakhiri



Individualizing:langkah agar konseli merasa dan berpikir apa yang harus dilakukan sesuai dengan kerangka pikirnya
-jika kamu tetap diam statis seperti ini maka kamu akan terus merasa tertekan dan suatu permasalahan tidak akan selesai hanya dengan berdiam diri

-jika kamu menunggu-nunggu waktu untuk berubah maka kapan bisa selesainya, niatkan dari sekarang untuk mobilisasi ke arah yang positif

-kamu bisa memulai dengan langkah sederhana yaitu rajin pergi ke sekolah dan belajar, bikin orang tua kamu bangga

F. Evaluasi
Dari tahap-tahap konseling yang telah dilaksanakan maka untuk mencapai tujuan proses konseling maka perlu dilaksanakan penilaian untuk melihat bagaimana perkembangan klien dalam melaksanakan konseling maupun setelah melaksanakan proses konseling, adapun penilaian hasil dari konseling tersebut adalah:
  1. Konseli memperoleh pemahaman baru terkait tentang keadaan dirinya dan permasalahan yang dialaminya.
  2. Konseli merasa masih ragu dan malu untuk  bergaul dengan teman-temannya karena belum bisa sepenuhnya menerima keadaan yang ada dalam dirinya.
  3. Konseli mempunyai rencana dan komitmen kegiatan yang akan dilaksanakannya dalam mengentaskan masalah yang dihadapinya.


No comments:

Post a Comment